Penerapan Jajar Legowo Tingkatkan Produktivitas Petani NTT

  • Bagikan
Ilustrasi

WartaTani.co – Para petani di Daerah Irigasi Wae Bobo, Kelurahan Rana Loba, Kecamatan Borong, Manggarai Timur kini semringah. Sejak ada program bernama Integrated Participatory Development and Management of Irrigation Program (IPDMIP), kompetensi mereka menjadi meningkat.

Salah satunya adalah program Sekolah Lapang (SL). Lewat SL Daerah Irigasi, para petani mendapat banyak manfaat terkait bagaimana aktivitas bertani yang optimal. “Misalnya penerapan sistem jajar legowo, penerapannya sangat efektif buat petani,” ujar Petugas Penyuluh Lapangan setempat, Maria Margaretha Bahong melalui keterangan tertulisnya, Sabtu (11/12).

Maria mengungkapkan bahwa giat penerapan sistem jajar legowo ini merupakan bagian dari Demonstration Farm. Selain dibekali pemahaman penggunaan alat sistem pertanian (alsintan), petani juga diajarkan bagaimana cara menanamnya melalui sistem jajar legowo.

“Produktivitas berubah ya. Ada kenaikan cukup signifikan,” ujar Maria semringah. “Kami berharap kegiatan demfarm ini bisa memberikan pendidikan dan pembelajaran khusus bagi petani pelaksana dan petani sekitar daerah IPDMIP Wae Bobo,” tutup Maria.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian, Dedi Nursyamsi mengatakan pertanian harus diarahkan kepada bisnis. Artinya tidak sekadar mencukupi pangan sendiri. “Tapi pertanian harus mengahasilkan uang. Ini yang menjadi salah satu core dari IPDMIP, menguatkan kapasitas dan SDM petani maupun penyuluh melaui berbagai program,” ujar Dedi.

Dedi lantas menyinggung pentingnya membangun sistem agribisnis yang kokoh. Yakni melalui pemanfaatan teknolgi berbasis 4.0. Menurutnya, hal tersebut bisa memberikan keuntungan yang masif bagi para petani. “Penerapan teknolgi dalam aspek usaha tani jelas meningkatkan kualitas, menekan biaya produksi, dan menjamin produktivitas pertanian. Kita optimis pembangunan pertanin terus melangkah ke depan,” ungkap alumnus IPB University itu.

Adapun kunci dari peningkatan kesejahteraan petani adalah memperkuat hilirisasi pertanian dan mengembangkan pertanian modern. Dijelaskan Dedi, ada beberapa ciri pertanian modern. Di antaranya penggunaan varietas unggul dengan potensi hasil tinggi (High Yiedling Variety), Pemanfaatan sarana prasarana pertanian modern (Alsintan), Pemanfaatan IOT melalui smart agriculture dan SDM pertanian yang unggul yang mampu menggenjot produktivitas;

“Maka dari itu, pengelola dan penyuluh pendamping di lokasi IPDMIP harus mempunyai semangat untuk meningkatkan kapasitas penguasaan teknologi bagi penyuluh maupun petani.
Manfaatkan segala media informasi untuk dapat mempublikasikan keberhasilan kegiatan IPDMIP,” jelas dia.

“Saya mengharapkan segenap pengelola dan penyuluh pendamping di lokasi IPDMIP untuk mengembangkan kapasitas usaha poktan dan gapoktan untuk menjadikannya korporasi petani,” tuutp Dedi.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo optimis bahwa program IPDMIP dapat bermanfaat bagi kepentingan masyarakat pedesaan, khususnya bagi petani dalam mendukung pencapaian ketahanan pangan. Lewat IPDMIP, produktivitas pertanian terus meningkat, khususnya di daerah irigasi.

“Pendapatan petani harus terus naik sehingga kesejahteraan petani juga meningkat. Pertanian adalah emas 100 karat,” kata Mentan.

Dia menyampaikan jika produktivitas meningkat, pendapatan petani juga meningkat. “Kemampuan sumber daya manusia juga harus kita tingkatkan agar mereka bisa mengelola pertanian dengan baik,” ungkapnya.

SYL-sapaannya- mengingatkan bahwa sektor pertanian adalah ‘emas 100 karat’. Menjanjikan dan tak pernah ingkar janji sehingga sangat prospektif untuk digeluti. “Terutama para pemuda dan milenial. Kita gerakan pertanian Indonesia, masa depan pertanian kita ada pada mereka,” pungkas SYL. (*)

  • Bagikan