Sekolah Lapang Sukses Tingkatkan SDM Petani Manggarai Timur

  • Bagikan
Ilustrasi gabah/Pixabay

WartaTani.co – Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu daerah yang ditunjuk Kementerian Pertanian sebagai sasaran program Integrated Participatory Development and Management of Irrigation Program (IPDMIP). IPDMIP merupakan program pembangunan terintegrasi, dalam rangka memperbaiki insfrastruktur maupun SDM pertanian.

Penyuluh Pertanian Lapangan di WKPP Satar Padut Kecamatan Lamba Leda Utara, Wilibrodus Roni bersyukur bahwa program-program IPDMIP mampu menyentuh para petani di daerahnya. Manfaatnya amat dirasakan di antaranya peningkatan wawasan petani mengenai cara bertani yang efektif dan efisien.

“Misalnya Sekolah Lapang Daerah Irigasi, itu jelas terasa sekali bagi kami. Materi-materinya sangat aplikatif, petani mampu memahaminya dengan bagus,” ujar Roni melalui keterangan tertulisnya Jumat (11/12).

Menurut Roni, para petani maupun penyuluh seperti dirinya sangat terbantu dengan kehadiran SL IPDMIP. Pada November lalu misalnya, giat SL diikuti puluhan petani dari 5 kelompok tani. Mereka amat antusias mengikuti materi dari awal hingga akhir pelatihan.

“Mereka sangat senang dan gesit dalam melaksanakan kegiatan SL-IPDMIP. Mengubah pengetahuan, keterampilan dan sikap mereka dalam usaha padi sawah sehingga dapat meningkatkan produktifitas hasil usaha mereka,” tandas lulusan Universitas Wijaya Putra Surabaya tersebut.

Menurut Roni, efek dari SL IPDMIP salah satunya meningkatnya produktifitas padi sawah dari 5,9 ton/ha menjadi 6,6 ton/ha. Ini disebabkan penerapan berbagai teknologi yang tepat selama kegiatan SL ini berlangsung. “Mudah-mudahan terus dilaksanakan untuk tahun-tahun selanjutnya,” tutup dia.

Sementara, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi, mengatakan bahwa IPDMIP merupakan upaya strategis yang mengembangkan orientasi baru, di mana pola pengembangan program didasarkan pada komponen-komponen utama pengembangan pertanian. Yakni Ketersediaan air, teknologi, rekomendasi teknis yang optimal, akses pembiayaan pertanian dan akses pasar dengan peningkatan nilai produk petani.

“Ini akan menjawab kebutuhan program peningkatan pembangunan pertanian sekaligus menjawab kebutuhan petani,” ujar Dedi.

Dedi memaparkan bahwa program pertanian saat ini difokuskan untuk mendorong terciptanya ketahanan pangan dan kadaulatan pangan yang harus dimulai dengan upaya peningkatan produktivitas dan indeks pertanaman. Di sisi lain, luas
lahan pertanian sudah mulai sulit untuk diperluas, sehingga peningkatan produktivitas dan indeks pertanaman menjadi pilihan yang tepat untuk menjamin ketersediaan pangan di Indonesia, khususnya beras.

“Dengan produktivitas rata-rata nasional padi sekita 5,13 ton/ha, jagung 4,93 ton/ha dan kedelai 1,51 ton/ha dan indeks pertanaman secara nasional 140% (BBPPMBTPH, 2019), maka saat ini kita mempunyai pekerjaan rumah yang besar untuk mengejar target produktivitas yang optimal sesuai dengan potensi produksi setiap varietas dan program pencapaian IP 400,” beber pejabat bermurah senyum tersebut.

Dedi memaparkan, IPDMIP diharapkan mampu menjadi bagian penting dalam pencapaian target program Kementerian Pertanian. Oleh karena itu, diperlukan metode implementasi yang efektif di setiap tahapan kegiatan. “IPDMIP harus bisa memberikan kontribusi di 72 kabupaten lokasi proyek, melalui perluasan penerapan teknologi-teknologi yang meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan pendapatan petani,” kata Dedi.

Sementara Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo optimis bahwa program IPDMIP dapat bermanfaat bagi kepentingan masyarakat pedesaan, khususnya bagi petani dalam mendukung pencapaian ketahanan pangan. Lewat IPDMIP, produktivitas pertanian terus meningkat, khususnya di daerah irigasi.

“Pendapatan petani harus terus naik sehingga kesejahteraan petani juga meningkat. Pertanian adalah emas 100 karat,” kata Mentan.

Dia menyampaikan jika produktivitas meningkat, pendapatan petani juga meningkat. “Kemampuan sumber daya manusia juga harus kita tingkatkan agar mereka bisa mengelola pertanian dengan baik,” ungkapnya.

SYL-sapaannya- mengingatkan bahwa sektor pertanian adalah ‘emas 100 karat’. Menjanjikan dan tak pernah ingkar janji sehingga sangat prospektif untuk digeluti. “Terutama para pemuda dan milenial. Kita gerakan pertanian Indonesia, masa depan pertanian kita ada pada mereka,” ujar SYL.(*)

  • Bagikan