WartaTani.co – Kementerian Pertanian terus melakukan upaya peningkatan produksi pertanian dan mengembalikan swasembada pangan.
Menurut Mentan, el nino tahun ini telah menurunkan produksi nasional karena sebagian sentra mengalami gagal panen. Dia khawatir jika masalah pangan tidak teratasi dengan baik maka ke depan akan berujung pada konflik sosial bahkan gangguan kemanan di seluruh negeri.
“Ingat Pak, kalau krisis pagan terjadi maka pemerintah bisa kacau balau. Konflik sosial terjadi dan berujung pada gangguan kemanan. Makanya pidato Bung Karno dulu dikatakan bahwa pangan adalah mati hidupnya sebuah bangsa. Ini saatnya kita menyatu dan gandengan tangan,” katanya.
Sementara itu, Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi bahwa sektor pertanian merupakan sektor paling penting saat ini dan masa depan. Krisis pangan terus jadi tantangan bahkan ancaman, karena adanya perubahan iklim dan ketidakpastian kondisi sosial, ekonomi dan politik.
“Salah satunya goncangan ekonomi yang disebabkan konflik Rusia-Ukraina berdampak pada produktivitas pertanian Indonesia utamanya dari ketersediaan pupuk. Namun dampak lebih besar yang kita rasakan saat ini adalah adanya fenomena alam el nino,” ucapnya.
Dedi menambahkan strategi khusus yang dilakukan adalah penyesuaian pola dan waktu tanam, pengelolaan air dan pemanfaatan sumber daya air alternatif, penyelamatan dan perlindungan serta pemberdayaan petani. BPPSDMP menyadari bahwa keberhasilan upaya mengatasi dampak el nino dan perubahan iklim lainnya memerlukan peran serta petani dan pemerintah daerah.
Untuk mengatasi krisis pangan yang disampaikan diatas, Kementan terus berupaya memacu peningkatan produksi beras dan jagung di wilayah Indonesia. Selain itu Kementan juga terus mengoptimalkan lahan rawa untuk meningkatakan produksi beras dan tentunya untuk menuju ketahanan pangan.
Salah satu tempat yang menjadi sentra produksi beras terdapat di bumi Kalimantan Selatan tepatnya di Kabupaten Tanah Laut, yang kali ini melaksanakan panen raya padi, Senin (25/03/2024).
Panen raya di Kecamatan Kurau, Tanah Laut ini mencakup lahan seluas 16 hektar dengan varietas padi unggul lokal siam sebagai hasil utamanya. Dimana lahan tersebut merupakan milik 11 orang petani muda yang tergabung dalam penerima manfaat Program YESS Kementan.
Kecamatan Kurau sendiri terkenal dengan lahan rawanya, telah mengambil langkah progresif dalam mengelola lahan ini untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Melalui pendekatan klaster, petani setempat bergandengan tangan untuk memanfaatkan potensi lahan rawa secara efektif.
Hadir di kesempatan ini, Kepala SMK-PP Negeri Banjarbaru, Budi Santoso menegaskan kegiatan panen ini tidak hanya menjadi pencapaian lokal yang membanggakan, menyampaikan harapannya agar para petani di Kecamatan Kurau tetap aktif dan terus berinovasi.
“Panen raya ini tidak hanya menjadi pencapaian lokal yang membanggakan, tetapi juga mencerminkan langkah maju dalam pengelolaan lahan rawa, serta memberikan kontribusi signifikan terhadap ketahanan pangan Indonesia”, Ujarnya.
“Pentingnya agar lahan rawa dimanfaatkan untuk menanam varietas padi unggul lokal yang umurnya pendek. Hal ini menjadi penting mengingat Indonesia sedang menghadapi darurat pangan. Potensi bagi klaster kurau bungas pun semakin terbuka lebar mengingat harga beras yang sedang mengalami kenaikan”, Tambah Budi.
Arnita Wati, sebagai Ketua Klaster Kurau Bungas, mengungkapkan pentingnya tidak merasa malu untuk menjadi petani. Selain itu membuktikan kesuksesan mereka dalam mengelola lahan dan menghasilkan panen yang melimpah
“Dengan bekal literasi keuangan, manajemen, dan teknis, Arnita dan anggota klaster Kurau Bungas telah membuktikan kesuksesan mereka dalam mengelola lahan dan menghasilkan panen yang melimpah. Arnita juga menekankan bahwa menjadi petani merupakan sebuah kebanggaan dan memiliki potensi besar untuk mencapai kesuksesan”, Ujarnya.
Hadir di panen raya ini dari Bank Indonesia turut memberikan dukungan terhadap petani Kalimantan Selatan dengan menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk memajukan kluster Kurau Bungas. Dukungan ini diharapkan tidak hanya mensejahterakan anggota klaster tersebut, tetapi juga memberikan inspirasi bagi petani muda lainnya untuk terjun dalam dunia pertanian.
Keberhasilan panen raya ini tidak hanya berdampak lokal, tetapi juga berkontribusi pada ketahanan pangan nasional. Indonesia, sebagai salah satu produsen padi terbesar di dunia, terus berupaya untuk memastikan ketersediaan pangan bagi penduduknya yang jumlahnya terus bertambah. Produksi padi yang stabil dan meningkat adalah kunci utama dalam mencapai tujuan ini.
Tim Ekpos SMK-PPN Banjarbaru