WartaTani.co – Pandemi Korona berdampak sangat besar terhadap seluruh segi kehidupan masyarakat. Namun, dibalik kondisi tersebut mengajarkan akan pentingnya inovasi teknologi dalam pendidikan.
Seluruh jenjang pendidikan dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, kini telah menggunakan platform teknologi dalam penyelenggaraan belajar mengajar. Meski tergolong baru, namun terpantau efektif.
Demikian salah satu kesimpulan diskusi bertajuk “Ngobrol Seru New Normal Or The Great Reset : Life After Pandemic Corona”, Covid-19, Sabtu 13 Juni 2020.
Rektor IPB Prof Arief Satria mengatakan, penggunaan teknologi diharapkan juga mampu meningkatkan inovasi di perguruan tinggi seperti riset dan penelitian – penelitian baru, yang berguna bagi masyarakat dalam menghadapi Covid – 19, maupun ketika memasuki new normal.
“Intinya, seluruh inovasi yang dihasilkan untuk mewujudkan optimisme,” Ucap Arief Satria.
Arief memaparkan bahwa optimisme adalah modal utama bagi seluruh bangsa agar mampu keluar dari krisis seperti saat ini. Sudah menjadi kewajiban kampus untuk menghadirkan hal itu, disamping tugasnya menjadi pusat ilmu pengetahuan.
“Apabila tidak terwujud (optimisme), entah seperti apa bangsa ini kedepannya. Ini harus bisa kita institusionalkan terus, agar melembaga sehingga akan menjadi hal biasa ketika menghadapi kondisi krisis di tahun – tahun yang akan datang,” bebernya.
Kemudian, dalam menghadapi ketidakpastian ini tidak bisa bertumpu pada satu individu (Pemerintah). Tetapi bergandengan tangan, berkolabarasi untuk memperoleh solusi.
Hal senada juga diungkapkan Rektor Universitas Hasannudin Prof Dwia Aries Tina Palubuhu. Dwia menegaskan sudah saatnya pembaharuan ditengah Covid – 19 ini dimanfaatkan mulai dari pengembangan tema riset baru, penerapan dalam kurikulum, program studi baru, hingga KKN mahasiswa berbasis tekhnologi.
“Saya setuju dengan Prof Arief, Kampus ini harus bisa membangun optimisme dan memunculkan kepercayaan kepada masyarakat bahwa kita mampu menciptakan Vaksin (untuk mengantisipasi Covid). Ini yang harus ditanamkan kepada mahasiswa, disinilah dibutuhkan great reset,” tegasnya.
Sementara itu, Najeela Shihab dari Kalangan Pendidik menuturkan setuju dengan pemaparan rektor IPB. Najeela menyebut saat ini butuh kebijakan yang terintegrasi untuk menangani persoalan Pandemi Korona dan new normal. Sedangkan, dari sisi politik meskipun terdapat banyak pemangkasan di instansi maupun sektor lain, namun bidang pendidikan jangan sampai dikorbankan.
“Saya berharap anggaran pendidikan tidak dikurangi, karena ini adalah investasi jangka panjang,” paparnya.
Selanjutnya, Sultan Rivandi mahasiswa UIN jakarta mengkritisi situasi ketika nantinya new normal mulai diterapkan.
Perlu ada evaluasi terhadap keuangan, saat perkuliahan mulai digulirkan. Pasalnya, Korona berdampak sangat besar terhadap perekonomian sebagian besar keluarga – keluarga mahasiswa.
“Kalau tidak dievaluasi saya yakin gejolak di tiap kampus akan sulit mengakses pendidikan, banyak yang DO, banyak yang cuti,” pungkasnya.