WartaTani.co – Mewujudkan Ketahanan Pangan jangka panjang, terutama dalam menghadapi era revolusi industri 4.0 (Four Point Zero) dibutuhkan sinergritas antara pemerintah dan perguruan tinggi.
Ketua Koordinasi bidang Permberdayaan Perempuan, Anak, Remaja dan Keluarga, Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Dr.Ir. Andi Yuliani Paris, M.Sc , menyebut inovasi pertanian perguruan tinggi, semisal Institut Pertanian Bogor, akan sangat bermanfaat bila didukung penuh oleh Kementerian Pertanian.
“Sudah banyak teknologi pertanian yang diciptakan oleh IPB, tinggal mensosialisasikannya secara cepat kepada petani. DI sinilah peran dari Kementan,” ucap Yuliani dalam diskusi Virtual ICMI dengan tema “Ketahanan Pangan di Tengah dan Pasca Covid – 19”, Jumat 5 Juni 2020.
Yuliani menjelaskan peran petani milenial juga tak kalah penting. Selama ini wanita yang berprofesi sebagai anggota Komisi VII DPR RI itu sering melakukan reses ke berbagai universitas.
Dalam kesempatan tersebut, dia selalu menekankan kepada setiap mahasiswa agar selalu bersemangat menjalani pendidikan dan menjadi enterpreneur di bidang pertanian.
“Karena memang tren anak muda sekarang kepada enterpreneur. Kita bersyukur bahwa banyak lulusan muda pertanian yang berkecimpung di dunia usaha agribisnis,” beber dia.
Sementara itu Rektor IPB Prof Arief Satria mengatakan pihaknya telah berkeliling ke beberapa negara seperti China, Australia, Belanda. Tujuannya untuk menjalin kerjasama riset demi mengejar pengembangan pertanian Four Point Zero.
Dia berharap, Kementan juga semakin kuat dalam membangun kerjasama dan komunikasi dalam hal balai research juga sharing. Sehingga kedepannya memiliki alat (platform) bersama.
“Kita butuh percepatan untuk berlari, mulai dari pematangan riset agar Pertanian kita semakin kuat,” terangnya.
Kemudian Arief juga memaparkan tekhnologi terbaru yang dihasilkan oleh IPB. Di antaranya beberapa aplikasi smartphone yang digunakan untuk menyeleksi buah dan Babycryapss Better untuk mengetahui keinginan si bayi ketika menangis.
“Kita juga tengah membuat inovasi, yang bisa digunakan PTPN dalam memantau perkebunan kelapa sawit. Berupa robot yang bisa naik ke atas pohon (sawit), kemudian mengambil foto untuk mengetahui apakah sawit sudah matang atau belum,” paparnya.
Selanjutnya pengembangan bersama petani berbasis tekhnologi juga dilakukan melalui agritechnologi park, yaitu dengan membagikan benih kepada petani sekitar kampus IPB yang ditanam dan hasilnya kembali dijual ke IPB.
“Kita punya cold storage dan packing yang bagus, lalu di jual ke 30 supermarket sekitaran Jabodetabek. Sehingga harga yang diterima petani jauh lebih tinggi,” tandasnya.
Pihaknya juga membina 43 Desa di wilayah Jabar, bersama pihak swasta (ASTRA) dengan mengkoordinasikan Bumdes dan CEO yang didalamnya ada alumni IPB Fresh Graduate yang bertugas mendampingi petani.
“Mereka mencarikan pasar untuk hasil panen petani, Alhamdullilah produksi pertanian mereka di gunakan oleh sejumlah restoran seperti sapohachi, yoshinoya, angkasa pura, d cost. Harganya 20 persen diatas harga pasar kita kembangkan terus dengan model one village one CEO. Program ini telah berjalan di beberapa wilayah Jabar seperti Garut Sukabumi. Bandung. Bogor, Subang,” pungkasnya.