Rektor IPB: Pandemi Corona Momentum Kemandirian Pangan

  • Bagikan
Ilustrasi pangan/Shutterstock

WartaTani.co – Wabah Covid-19 menjadi sebuah momentum bagi Indonesia, untuk fokus dalam kemandirian pangan yang di support oleh seluruh komponen tidak hanya Pemerintah.

Hal tersebut diungkapkan oleh Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Arif Satria saat mengisi diskusi Via aplikasi Zoom dengan tema “Stok Beras di Masa Pandemi dan Setelahnya”.

“Jadi kondisi saat ini, mau tidak mau kita harus memikirkan bersama – sama untuk memenuhi, kebutuhan pokok utamanya beras hingga akhir bulan Desember 2020 mendatang,” Ucap Arif Kamis 21 Maret 2020.

Seperti diketahui, stok beras dipastikan aman hingga Agustus 2020 mendatang namun isu terkendalanya distribusi sebagai pendukung rantai pasok pangan, dampak dari kebijakan penanganan Covid – 19 diprediksi masih menghantui.

Apabila tidak segera ditangani (distribusi pangan), maka menyebabkan oversuplai pada petani. Dimana menurut Arif,  harga panen jatuh dan mereka akan kesulitan dalam melanjutkan musim tanam berikutnya ( setelah panen).

“Kalau tidak ada stimulus yang kuat seperti pemberian benih, pupuk, modal tani tentunya akan berpengaruh besar bagi petani di musim tanam pada akhir Agustus mendatang,” bebernya.

Oleh sebab itu peningkatan produksi pangan harus terus di genjot, Arif mengaku sepaham dengan pernyataan Menteri Pertanian RI yang akan mengoptimalisasi dan merevitalisasi lahan – lahan pertanian di Pulau Jawa.

Tingkat kesuburan tanah di Pulau Jawa diyakininya empat kali lebih baik dibandingkan wilayah lain di Indonesia, langkah tersebut adalah jangka pendek yang bisa dilakukan selama Pandemi Korona.

“Ini bisa dilakukan dengan mengidentifikasi sawah – sawah yang kurang produktif, hasil panen padi petani di Jawa ini beragam ada yang 10 Ton, 8 Ton, 11 Ton, 5 Ton.

Sebetulnya ini masalah pola tanam bagaimana mereka (petani) dapat melakukan praktek Budi daya,” jelasnya.

Berita Terkait  Stabilkan Pasokan dan Harga Pangan, Kementan Gandeng RNI

Apabila langkah tersebut dilakukan secara serius diprediksi akan ada peningkatan produksi sebanyak 1,5 To. DKP per hektar.

Arif mencontohkan seperti lahan di Karawang seluas 2,6 Juta Hektar jika diolah dan diawasi dengan intensif maka akan menghasilkan penambahan hasil pertanian sejumlah 3,98 juta ton dkp per sekali panen atau sekitar 7,9 juta ton pertahun.

“Tentu dengan persyaratan tekhnologi, dan kami punya tekhnologi seperti IPB prima untuk mengembalikan kesuburan tanah, kemudian pengembangan dan penerapan mekanisasi dalam pengelolaan tanah,” paparnya.

Selanjutnya yang lebih penting, adalah pendampingan terhadap petani yaitu para sarjana baru yang mengawal dan memantau perkembangan hasil pertanian.

“Karena hasil pertanian bervariasi, kita ambil yang paling kecil dan itu butuh pendampingan yang luar biasa,” pungkasnya.

  • Bagikan