Tiga Peternakan di Tabanan Nihil Virus African Swine Fever

  • Bagikan
Ilustrasi Babi/Pixabay

WartaTani.co – Penyakit demam babi atau African Swine Fever (ASF) yang belum ada vaksinnya, harus diwaspadai peternak babi di Bali, khususnya Tabanan.

Sebab virus ini sudah merambah ke wilayah Asia. Bahkan menurut data Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI), sudah mulai masuk di Indonesia.

Pemerintah juga telah mengeluarkan dua surat edaran. Pertama surat edaran Mendagri Nomor 524.3/13266/SJ tertanggal 29 November kepada gubernur dan bupati/wali kota di seluruh Indoensia.

Kemudian edaran dari Dirjen Peternakan Kementrian Pertanian terkait upaya pencegahan penyebaran ASF di Indonesia.

“Meskipun belum masuk Indonesia, kita harus tetap waspada dan lakukan langkah antisipasi. Apalagi saat ini penyebarannya sudah sampai di Filipina dan Timor Leste,” kata Kepala Bidang Peternakan, Dinas Pertanian Tabanan, I Wayan Suamba, Minggu (8/12/2019).

Suamba melanjutkan, Bali yang merupakan salah satu sentra peternakan babi di Indonesia, memang mendapat perhatian khusus dari pemerintah.

Sehingga, sosialisasi serta cara pencegahannya harus lebih intens, mengingat belum adanya vaksin untuk penyakit ini. Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk antisipasi adalah menghindari pakan dari limbah hotel.

Selama ini, banyak peternak babi yang memanfaatkan limbah hotel sebagai pakan. Sehingga, sangat dikhawatirkan limbah hotel bisa membawa virus tersebut.

“Di Tabanan sendiri ada tiga peternak yang memanfaatkan limbah hotel untuk pakan ternak. Dua di Marga dan satu di Kediri. Kami sudah turun melakukan pengecekan ke tiga lokasi peternakan itu dan bersyukur tidak ditemukan hal-hal yang mencurigakan pada ternak babi,” ungkapnya.

Suamba menjelaskan, jika tak bisa menghindari pakan dari limbah hotel, peternak harus mengolahnya dengan benar.

Yakni, limbah hotel tersebut dimasak dengan suhu minimal 70 derajat.

“Jika sudah memasak dengan suhu 70 derajat, virusnya mati dan aman dikonsumsi babi. Beruntungnya selama ini belum ditemukan, tapi kita semua di Bali harus waspada,” tegasnya.

Berita Terkait  Amankan Produksi, Kabupaten Batubara Lakukan Gerdal Tikus Sawah

Ke depan, kata dia, Bidang Peternakan Dinas Pertanian Tabanan mengandeng sejumlah peternak termasuk Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (Gupbi) Bali, khususnya daerah Tabanan untuk bersama-sama mensosialisasikan ke semua peternak agar waspada terhadap penyakit ini.

“Kami harap semua sadar dan bisa menyosialisasikan kepada semua peternak yang ada, agar memahami dan mengetahui gejala yang ada pada babi kalau terserang virus ASF tersebut,” harapnya.

Sudah Masuk Indonesia

Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) mendesak pemerintah untuk segera mendeklarasikan bahwa wabah African Swine Fever (ASF) telah memasuki Indonesia.

Menurut Ketua Umum PDHI, Drh H Muhammad Munawaroh MM, desakan tersebut berdasarkan kasus kematian babi pada sejumlah usaha peternakan di Sumatera Utara.

Angka kematian babi terus bertambah sejak Agustus 2019 sampai awal Desember 2019 sudah mencapai jumlah 20.500 ekor.

Lalu, berdasarkan hasil laboratorium, dinyatakan kematian babi-babi tersebut positif disebabkan oleh ASF.

“Untuk itu, kami dari PDHI ini sebenarnya ingin mendesak pemerintah untuk mendeklarasikan bahwa wabah ASF pada babi ini sudah memasuki Indonesia,” kata Munawaroh kepada Kompas.com, Jumat (6/12/2019).

Munawaroh menjelaskan, kemungkinan besar pemerintah tidak segera mengeluarkan deklarasi karena khawatir ekspor daging babi menjadi terganggu.

Padahal, kata dia, ekspor daging babi terbesar adalah dari Pulau Bulan ke Singapura.

Sementara, penyebaran virus ASF ini belum memasuki kawasan Pulau Bulan.

“Tetapi bukan berarti daerah lain akan aman dari ASF ini jika tidak segera dilakukan pencegahannya, karena selain cepat menyebar, virus ini juga tidak ada obatnya,” ujar dia.

Bahkan, kata dia, pada kondisi terburuknya, penyebaran virus ASF tersebut juga akan bisa dirasakan oleh peternak di daerah luar Sumatera, seperti Manado, Gorontalo dan lain sebagainya, sehingga akan lebih merugikan dari sisi ekonomi.

Hanya Menyerang Babi

Ketum PDHI, Muhammad Munawaroh menyebutkan, penyakit ASF merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus ASF dari genus Asfivirus dan famili Asfarviridae.

Berita Terkait  Kementan Jaga Ketahanan Pangan ASEAN dengan Pemanfaatan Lahan Pekarangan

“Penyakit ini berbeda dengan penyakit kolera babi atau hog cholera atau classical swine fever (CSF), yang disebabkan juga oleh virus, namun virusnya yang berbeda,” kata Munawaroh kepada kompas.com.

Virus CSF dari genus Pestivirus dan famili Flaviviridae, tetapi kedua penyakit tersebut tidak dapat diobati dengan antibiotik karena bukan disebabkan oleh bakteri.

Penyakit ASF menyerang hewan babi, baik domestik ataupun babi liar, dengan tingkat kematian tinggi pada babi yang terinfeksi.

“ASF ini terjangkit di hampir semua negara, dan juga termasuk virus yang sangat mudah dan cepat sekali penyebarannya,” jelasnya.

Menurut Munawaroh, penyebaran yang terjadi di Sumatera Utara sangat mungkin sekali disebabkan oleh seseorang yang datang ke sana membawa produk daging babi atau makanan babi yang sudah terinfeksi oleh virus ini.

“Virus ini sangat mudah menyerang, mungkin saja ada yang membawa produk daging babi atau makanan untuk babi yang sudah terinfeksi, kemudian babi setempat diberi makanan sisa (yang terinfeksi) dari pesawat itu juga bisa terjadi penularan,” tuturnya.

Penularan virus ASF antar-babi terjadi akibat kontak dengan babi yang sakit, serta kontak dengan cairan yang keluar dari babi sakit atau mati seperti air kencing, kotoran, air liur, dan darah.

“Virus ASF menginfeksi babi melalui pernapasan dan mulut atau ingesti makanan atau minuman,” kata dia. Begitu juga lewat kontak dengan manusia.

Peralatan, pakaian, sepatu atau alas kaki, dan makanan yang tercemar virus dengan babi yang sakit atau mati dapat menularkan virus ASF ke babi lain.

Ditegaskan Munawaroh, penyakit ASF ini hanya menyerang atau menjadi penyakit pada babi saja, tidak pada hewan ternak lainnya dan juga manusia.

“Penyakit ASD pada babi tidak menular ke manusia, juga hewan lainnya,” ucap dia.

Jika manusia memakan daging babi yang terdapat virus ASF, maka manusia yang memakan daging babi tersebut tidak akan tertular virus ASF itu, serta virus ASF juga tidak akan dapat ditemukan dalam kotoran atau feses manusia.

Gejala yang Terlihat

  1. Demam tinggi
  2. Lesu
  3. Tidak mau makan
  4. Kulit kemerahan pada daun telinga dan bagian tubuh lainnya
  5. Muntah kuning dampai dengan berdarah
Berita Terkait  Maksimalkan Program CSA, Kementan Dorong Wanita Tani Kawal Ketahanan Pangan Lokal

(tribun)

  • Bagikan