WartaTani.co – Jika mengikuti Asuransi Usaha Tanaman Padi (AUTP), para petani tak perlu bersedih saat terjadi kemarai karena ada asuransi yang menangani. Musim kemarau menyebabkan ribuan sawah mengalami puso. Hal ini turut dialami petani di Kabupaten Lebak.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian (Kementan) Sarwo Edhy, AUTP sangatlah penting bagi petani utamanya menghadapi musim kering seperti saat ini. Jadi sayang sekali jika petani tidak mau ikut dalam asuransi ini.
“Preminya murah karena dapat subsidi dari pemerintah. Hanya Rp36.000 per hektare dari aslinya Rp180.000. Sayang sekali kalau petani tidak ikut karena jika mereka gagal panen, kan ada uang yang akan cair sebesar Rp6 juta per hektare. Ini kan sangat membantu petani,” ujar Sarwo Edhy dalam keterangannya, Senin (19/8/2019).
Mendapati banyak petani Lebak yang belum ikut AUTP, Sarwo meminta Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lebak, Dede Supriatna untuk rajin mensosialisasikan AUTP kepada para petani. “Tolong AUTP ini terus disosialisasikan kepada petani di sini karena sangat bermanfaat buat petani. Tolong ya Pak Kepala Dinas,” kata Sarwo Edhy.
Terkait musim kemarau, selain program AUTP, Kementan melalui Ditjen PSP telah melakukan berbagai usaha dalam mengatasi kekeringan.
Upaya penanggulangan gagal panen akibat bencana kekeringan ini sebenarnya sudah dilakukan. Seperti menginformasikan kepada para petani terkait iklim berdasar pantauan BMKG. Kemudian memberikan rekomendasi budidaya tanaman. Seperti penggunaan varietas toleran kekeringan.
Selain itu, ditambahkannya, dengan meminta petani mengikuti pola tanam yang telah ditetapkan. Termasuk meminta petani untuk menggunakan pupuk organik. Sebab akan meningkatkan daya ikat air dalam tanah.
Sarwo Edhy mengatakan, guna mencegah semakin luasnya lahan pertanian yang terkena kekeringan dan puso, pemerintah telah berkoordinasi dengan berbagai pihak, dari mulai pemerintah daerah dan TNI untuk memetakan kebutuhan alat dan mesin pertanian (alsintan) dan pemanfaatan sumber air yang harus dibangun.
“Sekarang kita sudah banyak membangun sumber air. Baik itu sumur dangkal, embung, dan damparit. Kita juga telah melakukan program pompanisasi sehingga diharapkan