WartaTani.co – Subsektor hortikultura berpotensi besar mengisi pasar ekspor dunia. Meskipun lahan yang digunakan tidak terlalu luas, namun budidaya hortikultura mampu memberikan penghasilan relatif tinggi dibandingkan menanam komoditas lainnya.
Hanya saja, potensi tersebut masih belum digarap optimal. Untuk memacunya, pemerintah mendorong pengembangan hortikultura dengan memanfaatkan fasilitas kawasan berikat plasma hortikultura dengan pendekatan create share value (CSV).
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono, mengatakan pihaknya terus berupaya mengkoordinasikan Kementerian/Lembaga terkait dan pemerintah daerah untuk lebih fokus menggarap potensi hortikultura.
“Ekspor hortikultura kita sangat besar, terutama komoditas buah-buahan yang share nya mencapai 55%. Kita pilih hortikultura karena dalam kompetisi global terbukti kualitas hortikultura kita lebih unggul,” ujar Susiwijono di sela-sela kegiatan Focus Grup Discussion (FGD) bertajuk “Pengembangan Hortikultura untuk Meningkatkan Ekspor dan Ekonomi Daerah” di Kota Madiun (12/8).
Dia mengungkapkan, salah satu bentuk konkretnya adalah melalui pemanfaatan fasilitas Kawasan Berikat yang sudah diinisiasi oleh Ditjen Bea Cukai Kemenkeu, bekerjasama dengan PT Great Giant Pineapple (GGP) Lampung.
Menurut Susiwijono, selama ini fasilitas yang diberikan untuk kawasan berikat seperti pembebasan fiskal dan non-fiskal lebih banyak dinikmati para pelaku usaha perseroan.
“Sekarang petani pun bisa mendapatkan manfaatnya, melalui model kawasan berikat plasma hortikultura. Syaratnya, produk yang dihasilkan harus untuk ekspor,” terangnya.
“Petani dimitrakan dengan pelaku usaha yang menjadi off-taker. Kita sedang merintis kerjasama dengan 13 kepala daerah yang berkomitmen mengembangkan pola ini. Semua K/L terkait kita minta duduk bersama,” tambahnya.
Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, Prihasto Setyanto, mengatakan kawasan berikat plasma hortikultura sejalan dengan grand design Ditjen Hortikultura yang kini sedang disusun pihaknya.
“Kedepan kami akan kembangkan kawasan hortikultura sesuai skala ekonomi, agroklimat dan kesesuaian lahan. Tidak lagi model kecil-kecil yang tersebar dimana-mana,” kata dia.
Prihasto lantas mencontohkan komoditas manggis. Ketika skala ekonominya 400-500 hektar dan sesuai agroklimatnya, pihaknya akan berikan bantuan ke satu daerah sebanyak itu.
“Lengkap dengan dukungan lainnya seperti benih unggulnya, pengendalian hama penyakit hingga pemasarannya. Dengan begitu, kata dia, 4-5 tahun ke depan, pasokan untuk ekspor hortikultura kita semakin eksis dan meningkat,” tandasnya optimis.