Bogor, WartaTani.co – Menurunnya harga ayam potong hidup (live birds) di sejumlah daerah disikapi Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Pakan Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (Hiwacana-IPB). Sekretaris Umum Hiwacana IPB, Andri Cahya Irwan mengatakan, penurunan harga live birds hingga Rp 7.000 per kilogram (kg) salah satunya efek dari oversupply DOC (Day Old Chicken).
Harga tersebut merupakan harga pembelian pedagang dari peternak, sementara di pasar harga pokok penjualan (HPP) yaitu Rp29.000-30.000/kg. “Ini menyebabkan peternak mengalami kerugian,” ujarnya kepada wartatani.co, Selasa (25/6).
Irwan menjelaskan bahwa tren penurunan ini sejatinya dimulai sejak September 2018 hingga Juni sekarang. Dengan kata lain selama
10 bulan peternak mengalami kerugian. “Bahkan ada yang gulung tikar,” jelas dia.
Irwan memaparkan bahwa upaya Ditjen PKH ini tidak memberikan dampak signifikan terhadap kondisi kestabilan harga ayam.
“Melihat kondisi terkini kami mendukung sikap APAYO (Asosiasi Peternak Ayam Yogyakarta) dan PINSAR (Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia) untuk membagikan 5.000 ekor ayam gratis sebagai wujud kongkrit protes dari peternak, Rabu (26/6/2019),” ungkap dia.
Terkait solusi Hiwacana–IPB, lanjut Irwan, pihaknya menawarkan 3 langkah solutif untuk menyelesaikan permasalahan ini. Pertama mendesak Kementan dan Ditjen PKH untuk memperketat peraturan terkait pola regulasi produksi Parent Stock. Caranya dengan peraturan pembatasan produksi telur Parent Stock oleh perusahan besar (korporasi), terutama sirkulasi mekanisme di hatchery yaitu saat telur di setter menuju hatcher.
Selanjutnya mewajibkan pelaku usaha untuk skala pemeliharaan ayam potong minimal 300 ribu ekor memiliki Rumah Potong Hewan Unggas (RPHU) sesuai amanah permentan. “Terakhir kami meminta Ditjen PKH untuk responsif terhadap permasalahan yang dihadapi peternak ayam, karena pemerintah selalu lambat dalam mengambil keputusan,” pungkasnya.
Adapun Kementan sendiri telah melakukan sejumlah upaya. Sejak 1 Maret 2019, Kementerian Pertanian (Kementan) menawarkan solusi melalui Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) untuk menjaga stabilitas harga ayam. Ada 7 poin solusi yang ditawarkan Kementan.
Di antaranya kewajiban integrator menyampaikan produksi DOC setiap bulan melalui pelaporan online, termasuk tujuan pendistribusiannya. Meningkatkan serapan karkas di Rumah Potong Hewan Unggas (RPHU) untuk ditampung dalam cold storage sebagai cadangan.
Kemudian PKH mengimbau peternak untuk tidak menjual ayam segar melainkan ayam beku, ayam olahan, ataupun inovasi produk lainnya dengan tujuan harga di peternak (farm gate) dapat segera kembali normal. Selanjutnya mengatur kebijakan dari aspek hulu yaitu dengan pengaturan bibit ayam, pengaturan mutu benih bibit yang bersertifikat, menyeimbangkan supply–demand dalam hal pengaturan impor Grand Parent Stock.